Photo ilustrasi (Bnpb)
Mediakalselnews. com
Banjir musiman di Kalimantan Selatan, khususnya Banjarbaru, kembali meningkatkan kekhawatiran akan merebaknya leptospirosis, penyakit yang ditularkan melalui air yang terkontaminasi urine tikus. Meskipun Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan (Dinkes Kalsel) belum mencatat kasus baru leptospirosis, kewaspadaan tetap diutamakan. Plt. Kadinkes Kalsel, Muslim, menekankan pentingnya surveilans epidemiologi yang ketat dan edukasi masif kepada masyarakat.
Upaya pencegahan yang dilakukan Dinkes Kalsel meliputi identifikasi lokasi rawan banjir, koordinasi antar instansi terkait (termasuk Dinas Lingkungan Hidup dan instansi sanitasi), serta pemantauan kasus secara berkala. Selain itu, kampanye hidup bersih dan sehat digencarkan, mengajak masyarakat untuk rajin mencuci tangan, menggunakan alas kaki saat banjir, dan memastikan kebersihan air yang dikonsumsi. Peran serta tokoh masyarakat juga dianggap krusial dalam menyebarkan informasi kesehatan kepada warga di tingkat akar rumput.
Surat edaran telah disebarluaskan ke seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Selatan untuk meningkatkan kewaspadaan. Dinkes Kalsel menyadari bahwa pencegahan leptospirosis membutuhkan kolaborasi multisektoral dan partisipasi aktif masyarakat. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan merupakan kunci utama dalam mencegah penyebaran penyakit ini. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dan kerjasama antar instansi, diharapkan wabah leptospirosis dapat dicegah dan dampaknya diminimalisir. Mengingat curah hujan yang masih tinggi, kewaspadaan dan langkah-langkah pencegahan harus terus ditingkatkan.
MKN
@sik









